Profil: Benny Irawan
“Embek...embek...” sambil merangkak, anak
kecil itu memerankan dirinya sebagai seekor domba, dalam acara Natal di GKJW Jemaat
Kebonagung, beberapa puluh tahun yang lalu.
Itulah peran pertamanya bermain drama. Dia
sangat bangga bisa memerankan dirinya dalam sebuah drama, meski hanya menjadi seekor
domba. Anak kecil yang bernama Benny Irawan, itu, sekarang telah tumbuh dewasa dan
tetap menjadikan drama dan teater sebagai jalan hidupnya, untuk mengeksplorasi
jiwa seninya.
Benny Irawan, yang akrab dipanggil Ndjol,
lahir di Malang, 29 Oktober 1981. Bagi
dia, ilmu peran dan menulis naskah drama, dipelajarinya secara otodidak, lewat
membaca buku, nonton pentas teater, dan berkumpul bersama pecinta teater.
Lebih lanjut pemuda lajang ini menuturkan,
bahwa suatu kali dia pernah bermain ke sanggar-sanggar teater di Jakarta. Suatu
saat dia berkunjung di sanggar Teater Tanah Air, Jakarta, dan tertarik dengan
cara berlatih anak-anak di sanggar tersebut. Dengan semangat yang menggebu,
akhirnya diutarakanlah niatnya untuk belajar pada sang pelatih. Tetapi sayang,
sang pelatih hanya berucap pelan, kalau peserta pelatihan teater di sanggar tersebut,
dikhususkan untuk anak-anak. Meskipun gagal untuk ikut berlatih, tetapi banyak
ilmu yang didapatkannya.
![]() |
- Benny Irawan - (Foto : Dany Kr ) |
Ilmu teater yang telah diperoleh itu, menurut
Benny lebih terlampiaskan saat tampil di gereja. “Entah mengapa,... tapi saya
lebih terpanggil bermain di gereja,” ucap lajang, yang gemar menuliskan
syair-syair puitis di jejaring sosialnya itu. “Mungkin karena berangkat
mengenal teaternya di gereja, diajari pertama kali juga dari teman-teman di
gereja. Jadi tidak salahkan kalau saya kembali ke gereja? Tapi saya juga belum bisa
kalau diminta tampil di depan anak-anak. Kurang lepas, takut kata-kata yang
terucap dan tingkah laku waktu main tidak sesuai dengan anak-anak,” papar Benny
dengan senyumnya yang menawan.
“Bermain teater itu juga perlu kerendahan
hati,” ucap Benny dengan nada serius. Pria berhidung mancung ini menuturkan
lebih lanjut, bahwa kerendahan hati memang sangat dibutuhkan dalam latihan ataupun
bermain drama. Harus mau menunggu teman yang datang. Harus mau menerima peran
yang bukan tokoh utama. Bermain teater dalam sebuah pertunjukan itu tidak
peduli seberapa peran kita besar atau kecil. Semua saling mendukung untuk
menjadi sebuah pertunjukan yang diharapkan sehingga naskah terdukung,” urai
Benny panjang lebar.
Peran Benny dalam dunia teater di gerejanya
memang sudah tidak diragukan lagi. Dalam cakupan lebih luas, di kegiatan pemuda
Majelis Daerah Malang I, dia juga mengajak teman-teman pemuda dari jemaat lain,
untuk bekerjasama bermain teater. Salah satu bentuk keikut sertaannya, terwujud
dalam terbentuknya Gerobak Sanggar, yakni wadah kreativitas para pemuda di MD
Malang I. Lewat Gerobak Sanggar ini para pemuda dapat mengekspresikan jiwa seni
mereka, diantaranya dalam berkegiatan di bidang teater, tari, musik, fotografi,
desain grafis dan kewirausahaan.
(By: Djoe)
0 komentar:
Posting Komentar