“Terus terang saya baru tahu road
service yang di Banyuwangi. Dengan segala proses pelaksanaannya sampai
saat ini saya cukup senang karena anak-anak muda mendapatkan pencerahan
tentang gerejanya dan bisa menolong mereka untuk tidak gampang
meninggalkan gerejanya, jadi biar sayang sama GKJWnya”, Ujar Pdt. Sony
Saksono Putro yang melayani di GKJW Jemaat Banyuwangi.
Pria yang hobby di bidang angkat berat ini menjelaskan bahwa peran pemuda bagi sesamanya berawal dari tanggung jawab pemuda untuk mengembangkan dirinya bagi masa depannya, tanggung jawab mereka di tengah keluarganya untuk memberi warna dan juga punya tanggung jawab keluar untuk menjadi teladan dan berkat bagi sesamanya dengan dimulai dari grejanya dulu. Para pemuda harus berani menunjukkan eksistensinya untuk terjun tidak hanya di dalam, tetapi juga keluar GKJW. Syukur kalau dengan tambahan pengetahuan yang bisa dihandalkan, mereka dapat membangun relasi dengan lintas agama sehingga anak-anak muda GKJW tidak hanya menjadi jago kandang. Hal ini yang perlu disiapkan, perlu belajar banyak.
Sebenarnya pihak gereja harus terlibat dan harus peka akan kebutuhan pemuda saat ini guna menjangkau teman-teman pemuda GKJW untuk aktif bergereja di tengah masyarakat dan bangsa ini. Pemuda tidak bisa hanya dituntut saja, tetapi harus diberikan kesempatan, bekal, wawasan supaya mereka menjadi pintar.
Kewajiban Gereja itu “minterno”. Bagi semua gereja, punyalah komitmen, pemudamu aja mbok jarno, (pemudamu jangan dibiarkan) jangan sampai habis dimakan greja lain,” papar pria berkumis ini.
Untuk era informasi dan komunikasi, jangan sampai hal itu menjadi dewa lalu akhirnya menempatkan itu sebagai alat yang justru membelenggu anak muda saat ini. Memanfaatkan IT sebagai sarana berkembang maju, lebih mengenal dunia luar, jauh lebih penting dari sekedar relasi individu, tetapi sebagai orang yang dapat mengembangkan dirinya sebagai sarana belajar dan menambah wawasan untuk masa depannya.
Ketika rekan-rekan Pendeta muda dan timnya sudah berani membuat trobosan seperti ini, hati-hati dengan karakter psikologis setiap kita yang hanya bersifat grudukan saja, memang ini adalah sebuah komitmen yang dibangun dalam kebersamaan dan dalam rangka kebersamaan untuk kemajuan GKJW dan juga rekan-rekan pemuda. Jadikan ini sebuah kegiatan yang nanti prosesnya harus terus berkesinambungan, berkelanjutan sehingga untuk mencerahkan otak pemuda itu tidak berhenti sampai di sini karena regenerasi itu berkembang terus. “Ini buagus, tapi gak berhenti, bisa jadi yang tim ini akan membentuk tim baru dan sampai akan membentuk tanggung jawab yang sama sampai betul-betul anak muda kita itu bangga akan gerejanya dan melontarkan aku lho wong GKJW. Dengan road service ini harapan besar saya mereka mendapat pencerahan, menjadi pemuda yang handal dimulai dari dirinya sendiri. Demikian harapan Pdt . Soni yang sudah sejak 1996 melayani di GKJW. (Ce)
Sumber : www.roadservicegkjw.com
Pria yang hobby di bidang angkat berat ini menjelaskan bahwa peran pemuda bagi sesamanya berawal dari tanggung jawab pemuda untuk mengembangkan dirinya bagi masa depannya, tanggung jawab mereka di tengah keluarganya untuk memberi warna dan juga punya tanggung jawab keluar untuk menjadi teladan dan berkat bagi sesamanya dengan dimulai dari grejanya dulu. Para pemuda harus berani menunjukkan eksistensinya untuk terjun tidak hanya di dalam, tetapi juga keluar GKJW. Syukur kalau dengan tambahan pengetahuan yang bisa dihandalkan, mereka dapat membangun relasi dengan lintas agama sehingga anak-anak muda GKJW tidak hanya menjadi jago kandang. Hal ini yang perlu disiapkan, perlu belajar banyak.
Sebenarnya pihak gereja harus terlibat dan harus peka akan kebutuhan pemuda saat ini guna menjangkau teman-teman pemuda GKJW untuk aktif bergereja di tengah masyarakat dan bangsa ini. Pemuda tidak bisa hanya dituntut saja, tetapi harus diberikan kesempatan, bekal, wawasan supaya mereka menjadi pintar.
Kewajiban Gereja itu “minterno”. Bagi semua gereja, punyalah komitmen, pemudamu aja mbok jarno, (pemudamu jangan dibiarkan) jangan sampai habis dimakan greja lain,” papar pria berkumis ini.
Untuk era informasi dan komunikasi, jangan sampai hal itu menjadi dewa lalu akhirnya menempatkan itu sebagai alat yang justru membelenggu anak muda saat ini. Memanfaatkan IT sebagai sarana berkembang maju, lebih mengenal dunia luar, jauh lebih penting dari sekedar relasi individu, tetapi sebagai orang yang dapat mengembangkan dirinya sebagai sarana belajar dan menambah wawasan untuk masa depannya.
Ketika rekan-rekan Pendeta muda dan timnya sudah berani membuat trobosan seperti ini, hati-hati dengan karakter psikologis setiap kita yang hanya bersifat grudukan saja, memang ini adalah sebuah komitmen yang dibangun dalam kebersamaan dan dalam rangka kebersamaan untuk kemajuan GKJW dan juga rekan-rekan pemuda. Jadikan ini sebuah kegiatan yang nanti prosesnya harus terus berkesinambungan, berkelanjutan sehingga untuk mencerahkan otak pemuda itu tidak berhenti sampai di sini karena regenerasi itu berkembang terus. “Ini buagus, tapi gak berhenti, bisa jadi yang tim ini akan membentuk tim baru dan sampai akan membentuk tanggung jawab yang sama sampai betul-betul anak muda kita itu bangga akan gerejanya dan melontarkan aku lho wong GKJW. Dengan road service ini harapan besar saya mereka mendapat pencerahan, menjadi pemuda yang handal dimulai dari dirinya sendiri. Demikian harapan Pdt . Soni yang sudah sejak 1996 melayani di GKJW. (Ce)
Sumber : www.roadservicegkjw.com
0 komentar:
Posting Komentar