Sore
yang dingin (4/7), meski demikian kegiatan Kemah Raya 2015 KPPM MD Malang I
tetap berlangsung. Bersama dinginnya hari yang makin menggigit kulit, area perkemahan
Coban Rondho tetap membara dengan semangat para pemuda.
Diawali
dengan sebuah sketsa pendek berjudul “Pikiren Dhewe” oleh para pemuda KPPM MD
Malang I. Sketsa yang berkisah tentang berbagai karakter anak muda. Seorang
pemuda pecinta alam yang selalu antusias mengikuti kegiatan serba penghijauan. Ada
pula pemuda yang hobinya tidur, klentrak
klentruk, juga pemuda kekinian yang suka foto selfie di mana-mana. Juga tak
ketinggalan pemuda kuper, yang selalu menjadi bahan tertawaan karena sikapnya
yang konyol.
![]() |
(ki - ka ) Daniel Stefanus, Charles Djalu. ( foto by Pandu Irawan ) |
Daniel
Stefanus yang menjadi nara sumber malam ini, didampingi Charles Djalu selaku
moderator. Materi yang disampaikan cukup berat bagi kami para pemula. Melalui
sesi ini kita diingatkan akan hal kecil yang biasa kita lakukan, namun ternyata
berdampak buruk bagi lingkungan.
“Camp di
tempat dingin, paling pas makan pop mie, iya kan?” ucap Daniel. “Mungkin kita perlu
tahu bahwa pop mie beracun bagi tubuh. Pop mie itu mengandung msg, lapisan
lilin, juga sterofoam yang saat suhu diatas 60 derajat, bisa mendukung tubuh
terjangkit kanker. Nah, lho, bahaya bukan? Buat bumi ini sampah sterofoam perlu
waktu 200-500 tahun agar bisa terurai. Mau dibakar? Lubang ozon makin gede!”
terang Daniel, yang juga aktivis Pro Fauna ini.
Lebih
lanjut Daniel menguraikan, manusia zaman sekarang ini maunya serba praktis dan
instan. Praktis itu kebutuhan atau keinginan? Praktis itu cenderung juga mengeksploitasi
sumber daya alam, tanpa disadari manusia. “Mari kita lihat selama ini, saat minum
kita membawa botol kemasan sekali pakai dari rumah. Eh, masih pakai kemasan
sekali pakai? Sadarkah kamu, jika kamu adalah penjajah baru! Menambah sampah
plastik, juga membuang air bersih. Ingat, air bersih juga diperlukan saudara
kita nan jauh di sana.”
Daniel
menambahkan lagi, jika kita harus mengingat seberapa banyak pohon yang telah
kita tebang untuk membuat kertas yang kita pakai selama ini? Yuk, kita mulai lebih peduli pada alam ini.
Lakukan
dengan cara yang sederhana, seperti membawa perlengkapan makan sendiri, yang
pasti bukan kemasan sekali pakai. “Butuh persiapan lebih memang untuk peduli
pada alam ini. Ribet, gak papa, yang pasti mencoba tidak menjadi bagian dari perusak
alam ini!” tegas Daniel.
Sesi tiga ini, akhirnya
ditutup dengan lantunan “Mada Telaga” oleh Charles Djalu, yang menghangatkan
malam yang semakin dingin di area bumi perkemahan Coban Rondho, Pujon. (VH)
0 komentar:
Posting Komentar