Yosea Suryo Widodo ~ Peraih Penghargaan Ketahanan Pangan
2012
Warga GKJW Jemaat Donomulyo
Tuhan sudah
menyediakan pekerjaan yang ada di sekitar kita. tinggal kita harus mau berpikir
kreatif dan cerdik, untuk mengelola dan memanfaatkan apa yang ada.
Tiwul dan gatot, identik dengan makanan murah dan ndeso. Makanan berbahan dasar singkong ini, sudah jarang didapati.
Tapi, di tangan Yosea Suryo Widodo (34), warga Desa Tlogorejo, Kecamatan Pagak,
Malang, gatot dan tiwul miliknya yang
diberi cap “Heboh,” menjadi produk unggulan yang menjadi kebanggaan masyarakat
Malang.
![]() |
Yosea saat menerima penghargaan
Ketahanan Pangan
Adhikarya Pangan Nusantara 2012, di istana negara dari
Presiden SBY, 14/12/2012 (Foto: Dok.Pri)
|
Berkat makanan ndeso inilah,
Yosea, yang juga warga GKJW Jemaat Donomulyo, Malang, mendapatkan penghargaan
dari Pemerintah Indonesia, yang diserahkan langsung oleh Presiden SBY, pada 14
Desember 2012, di Istana Negara, Jakarta. Penghargaan Adhikarya Pangan
Nusantara (APN) itu diperolehnya atas kerja kerasnya sebagai pelaku pembangunan
ketahanan pangan non-beras.
***
Keterbatasan ekonomi, membuat Yosea harus meninggalkan keinginannya kuliah
setamat SMA, dan meneruskan usaha pengolahan tiwul dan gatot yang dirintis
ayahnya, sejak 1993. Walau sempat merantau ke Jakarta dan Malaysia lantaran
malu harus berjualan tiwul dan gatot, akhirnya pada tahun 2000-an dia
memutuskan pulang kampung dan fokus pada usaha milik keluarganya tersebut.
Keseriusannya membuahkan hasil, pemasaran tiwul dan gatot lewat badan usaha
yang diberinya nama UD. Riang, makin berkembang pesat. Yosea menjual makanan ndeso ini dengan sasaran pasar
masyarakat menengah ke atas.
Selain pasar lokal di Pulau Jawa, seperti Malang, Mojokerto, Surabaya, Banyuwangi,
Yogyakarta dan Jakarta, produknya juga merambah antar pulau seperti Kalimantan
dan Sumatera. Bahkan, permintaan dari pasar ekspor pun tidak pernah terlambat
setiap bulannya, yaitu ke Malaysia dan Hongkong.
![]() | |||||
Yosea bersama putra semata wayangnya
dan
produk unggulannya. Foto : Puguh |
Dilatarbelakangi keprihatinannya terhadap nasib petani singkong, saat ini Yosea
mampu mengangkat penghasilan para petani tersebut. “Kami membeli gaplek lebih mahal dari harga pasar pada
umumnya, namun kondisinya harus bersih. Petani jelas tertarik, karena cuma bondo mengupas kulit lebih bersih dan
mencucinya, bisa dapat harga lebih bagus,” tutur suami Ester Angga Yustika ini
sambil tersenyum. Selain petani singkong yang diuntungkan, Yosea juga memberi
dampak sosial bagi masyarakat di desanya, dengan berhasil menyerap tenaga kerja
lokal sebagai karyawan pabriknya.
Kini, usaha tiwul dan gatotnya tak lagi dipandang sebelah mata. Omzet
penjualan per bulannya mencapai 30 juta rupiah, itupun masih banyak pasar yang
belum dapat terlayani dengan maksimal. Dia masih harus membagi hasil produksi
kepada setiap distributor supaya bisa merata.
Bagi Yosea segala usaha yang dilakukan dengan fokus, kerja keras dan doa,
pasti membuahkan hasil yang maksimal. Diakuinya, segala pencapaian yang saat
ini diraihnya adalah karya dan mukjizat Tuhan yang luar biasa.
Dibalik nama usahanya, UD. Riang, Yosea mengatakan bahwa usahanya ini
menghasilkan sukacita, bukan hanya bagi dirinya dan keluarganya, tapi juga bagi
semua orang yang mengenalnya.
UD. Riang ~ Desa
Tlogorejo RT 16 RW 06 Pagak, Malang, 081.232.67414
qJendra & Puguh
0 komentar:
Posting Komentar