![]() |
Foto bersama usai bersih-bersih sampah
Sempu. Foto: Doc.Pribadi
|
Bau garam. Ya, itulah yang kami
rasakan ketika melewati Jalur Lintas Selatan, sebelum akhirnya sampai di Pantai
Sendang Biru, Kab. Malang. Pulau Sempu, itu tujuan kami. Terletak berhadapan di
utara Pantai Sendang Biru. Salah satu mahakarya dengan selaksa keunikan di
dalamnya. Segara Anak salah satunya. Danau kecil berair asin. Jumat, 31 Agustus
2012 kami berempat tiba di sana, dan keesokan harinya, Sabtu, 1 September 2012,
11 orang yang lain menyusul.
Medan menantang yang kami susuri pada
malam itu, (31/8), dimulai dari Teluk Semut, tempat kami mendarat dari perahu,
menuju Segara Anak, berjarak tempuh sekitar 50 menit melewati hutan lebat cagar
alam, dengan berbagai macam tumbuhan dan satwa liar. Serasa
disuguhkan pada sebuah pertunjukan opera oleh Sang Pencipta, ketika kami
benar-benar menginjakkan kaki di atas keanggunan pantai berpasir putih,
berlipstik pepohonan rindang di sepanjang bibirnya. Debur ombak dari lautan
lepas memulai tarian penyambutan, menerjang masuk melalui Karang Bolong sebagai
panggungnya, diiringi nyanyian riuh satwa malam. Dari dalam Goa Kelelawar di
seberang pantai, berhiaskan tata cahaya langit biru bertabur bintang.
Pertunjukan kolosal itupun dijaga oleh
tebing Tanjung Harapan yang tinggi berdiri kokoh diterjang debur ombak laut
lepas, yang tidak henti-hentinya berusaha menyambar siapapun yang berdiri di
atasnya.
Ironi. Eksotika Segara Anakan dibalas
dengan perlakuan umat-Nya yang tidak beradab. Pohon rindang di lereng bukit dan
sepanjang bibir pantainya telah banyak berkurang karena ditebang secara liar,
hanya untuk kayu bakar. Pemandangan sampah bahan plastik, kertas, beling, logam
bertebaran. Menggambarkan betapa dangkal pengertian manusia akan alamnya.
Sebenarnya kondisi ini juga erat kaitannya dengan tugas dan tanggung jawab dari
pihak yang berwenang, namun juga tidak bisa sepenuhnya dibebankan kepada
mereka, mengingat keterbatasan mengatasi ruang lingkup yang begitu besar.
Sejauh ini, mereka sudah memberikan himbauan kepada pengunjung untuk membawa
sampahnya kembali.
Dari keresahan itu, kemudian
muncullah ide ‘gila’ bernama Operasapu (Operasi Berkala Sampah Sempu). Kegiatan
ini sendiri mempunyai tujuan utama memunguti sampah-sampah yang berada di
Segara anak dan sepanjang rute perjalanan, disesuaikan dengan kemampuan
personil yang membawanya kembali sampai Teluk Semut dan dibuang di Sendang
Biru.
15 orang personil yang mengikuti
kegiatan Operasapu ini, terdiri atas para pemuda di wilayah MD Malang I dan
Malang III, serta beberapa relawan, yang mengumpulkan sampah pada siang hari
dan mengepaknya dalam karung.
Minggu, 2 September 2012, terkumpul
11 karung lebih sampah-sampah. 9 karung
sampah plastik dan kertas, 2 karung sampah beling dan logam, sebagian lagi
dipak dalam ransel.
Dengan sadar kami lakukan hal ini,
dengan harapan alam serta lingkungan sekitar akan selamat dari perusakan, yang semestinya
bisa dihindari. Sampah-sampah yang sebenarnya bisa didaur ulang, meskipun bukan
dalam skala yang besar. Mari selamatkan bumi, dimulai dengan hal-hal yang
kecil.
qDalbo Soekotjo
Seru!! saya pikir gak perlu PKT-PKT an.. Kegiatan gerakan warga lebih efektif dan gak ribet..
BalasHapus