kegiatan sesi kapita selekta tentang Kebaktian GKJW, yang diikuti gelak tawa seluruh peserta. “Kebaktian adalah inspirasi Allah untuk memanggil umat-Nya, bukan kehendak manusia untuk memanggil Allah,” lanjut pendeta yang melayani di GKJW Jemaat Tunglur, Kediri Utara tersebut. Seperti yang diungkapan salah seorang peserta saat diminta mengemukakan kesannya terhadap ibadah Minggu, yang berlangsung di gerejanya. Jawabannya, monoton dan membosankan. Namun pengertian ibadah yang menurut Pdt. Gideon, lebih tepat jika disebut kebaktian adalah semangat memberi diri atau menghadap Tuhan, yaitu semangat untuk mempersembahkan bukan menerima. Ibadah bukan berorientasi pada kebutuhan diri sendiri (self oriented). Saat ini, terang Pdt. Gideon lagi, GKJW diperhadapkan pada sebuah tantangan untuk melakukan inovasi dalam berbakti pada Tuhan, dimana generasi tua bisa mengikuti demikian pula generasi muda tidak lari menjauh. Pokok permasalahannya bukan pada liturgi GKJW yang salah, tapi gaya kebaktian yang perlu diperbaiki. “Road service mencoba menjawab tantangan itu, melalui ibadah sebagai upaya mendekatkan jarak antara yang tua dan muda. Generasi tua yang menjunjung ibadah liturgis, dan generasi muda yang membawa semangat baru,” papar Pdt. Gideon lagi. Tidak ada yang salah jika nuansa ibadah diisi dengan iringan musik full band atau diselingi dengan teatrikal, selama ibadah tersebut memenuhi keseluruhan unsur-unsur liturgi. Unsur-unsur ibadah sendiri, urai Pdt. Gideon kemudian, menurut Yesaya 6 antara lain: adanya panggilan Allah/memuliakan Tuhan, pengakuan dosa, mendengarkan Firman Tuhan, mengingat yang lain melalui doa syafaat, mengaku iman, memberi diri dalam persembahan, serta pengutusan dan berkat. Harapannya, konsep ibadah yang coba dikembangkan dalam Road service dapat dicontoh dan dikembangkan di tengah jemaat-jemaat. Pada dasarnya, satu hal yang terpenting adalah pemuda berani melakukan perubahan tersebut. (Jen)
IBADAH GKJW ANTARA LITURGI DAN SEMANGAT PEMBAHARUAN
kegiatan sesi kapita selekta tentang Kebaktian GKJW, yang diikuti gelak tawa seluruh peserta. “Kebaktian adalah inspirasi Allah untuk memanggil umat-Nya, bukan kehendak manusia untuk memanggil Allah,” lanjut pendeta yang melayani di GKJW Jemaat Tunglur, Kediri Utara tersebut. Seperti yang diungkapan salah seorang peserta saat diminta mengemukakan kesannya terhadap ibadah Minggu, yang berlangsung di gerejanya. Jawabannya, monoton dan membosankan. Namun pengertian ibadah yang menurut Pdt. Gideon, lebih tepat jika disebut kebaktian adalah semangat memberi diri atau menghadap Tuhan, yaitu semangat untuk mempersembahkan bukan menerima. Ibadah bukan berorientasi pada kebutuhan diri sendiri (self oriented). Saat ini, terang Pdt. Gideon lagi, GKJW diperhadapkan pada sebuah tantangan untuk melakukan inovasi dalam berbakti pada Tuhan, dimana generasi tua bisa mengikuti demikian pula generasi muda tidak lari menjauh. Pokok permasalahannya bukan pada liturgi GKJW yang salah, tapi gaya kebaktian yang perlu diperbaiki. “Road service mencoba menjawab tantangan itu, melalui ibadah sebagai upaya mendekatkan jarak antara yang tua dan muda. Generasi tua yang menjunjung ibadah liturgis, dan generasi muda yang membawa semangat baru,” papar Pdt. Gideon lagi. Tidak ada yang salah jika nuansa ibadah diisi dengan iringan musik full band atau diselingi dengan teatrikal, selama ibadah tersebut memenuhi keseluruhan unsur-unsur liturgi. Unsur-unsur ibadah sendiri, urai Pdt. Gideon kemudian, menurut Yesaya 6 antara lain: adanya panggilan Allah/memuliakan Tuhan, pengakuan dosa, mendengarkan Firman Tuhan, mengingat yang lain melalui doa syafaat, mengaku iman, memberi diri dalam persembahan, serta pengutusan dan berkat. Harapannya, konsep ibadah yang coba dikembangkan dalam Road service dapat dicontoh dan dikembangkan di tengah jemaat-jemaat. Pada dasarnya, satu hal yang terpenting adalah pemuda berani melakukan perubahan tersebut. (Jen)
0 komentar:
Posting Komentar