Kisah Para Rasul 7 : 54 – 60
Kisah pembunuhan Stefanus merupakan peristiwa tragis yang
menyayat hati. Betapa tidak ? Stefanus, pelayan yang baik dan penuh Roh Kudus.
Dia terpilih bersama tujuh pelayan – pelayan lainnya ( Filipus, Prokhorus,
Nikanor, Timon, Parmenas, dan Nikolaus). Akan tetapi diakhir hidupnya dia
dibunuh dengan cara yang sangat keji tatkala hidupnya justru melayani dan
dipersembahkan bagi TUHAN. Stefanus dipilih, dipanggil untuk berkarya dalam
kegiatan pelayanan bagi kaum termarginalkan. Berkarya untuk pelayanan yang
barangkali senada dengan tugas pokok dan fungsi Komisi Pembinaan Pemuda dan
Mahasiswa seperti dalam kerangka gereja kita GKJW.

Seorang tokoh, bernama DR. Brian J. Bailey menulis buku Roh
Kudus Sang Penghibur dalam bagian pertama buku itu, ia menegaskan bahwa sekalipun
Stefanus di akhir pelayanannya mati terbunuh. Namun hal itu bukan akhir dari
perjalanan pelayanannya. Bailey mengatakan bahwa Stefanus dalam situasi yang
sangat berat itu, Stefanus dimampukan
Roh Kudus. Lalu bagaimana dengan
kita ? Adakah kita takut berkarya ditengah tantangan kehidupan yang begitu
berat ini ? Dari perikop Kisah Para Rasul 7 : 54 – 60 ada makna mendalam yang
dapat kita refleksikan bagi kehidupan pelayanan dan karya kita, yaitu :
@ Berkarya dengan
Kekuatan TUHAN ( Ayat 55 – “Tetapi Stefanus, yang penuh dengan Roh Kudus,
menatap ke langit, lalu melihat kemuliaan Allah dan Yesus berdiri di sebelah
kanan Allah.”)
Stefanus sebagai pelayan TUHAN, ia memiliki naluri, memiliki
kehendak, memiliki ego dan juga memiliki pilihan hidup. Ketika diperhadapkan
dengan situasi yang sangat sulit dan tidak berpihak padanya. Makna mendalam
bagi kehidupannya yaitu, Stefanus memilih tetap berkarya sekalipun harus
mati! Stefanus tidak mengedepankan
egonya, kehendak manusianya, akan tetapi ia memilih tetap berkarya dengan
kekuatan TUHAN. Melalui kekuatan yang bersumber dari TUHAN Sang Pemilik Gereja
sejati, ia tetap berkarya, tetap melayani, tetap melanjutkan karya ALLAH bagi orang – orang yang membutuhkan
sentuhan cinta kasih.
@ Berkarya dengan
Integritas ( Ayat 60 – “Sambil
berlutut ia berseru dengan suara nyaring: "Tuhan, janganlah tanggungkan
dosa ini kepada mereka!" )
Naluri manusia, seringkali ketika meraksakan ‘ketidaknyamanan’
atau mendapati disalahkan : kita sering mengkambing hitamkan orang lain. Kita
tidak sanggup menanggung tanggung jawab berat itu. Makna mendalam yang dapat
kita gali dari kisah Stefanus justru memintakan pengampunan bagi mereka yang
merajamnya dengan batu. Sambil berlutut
ia berseru dengan suara nyaring:” Tuhan, janganlah tanggungkan dosa ini kepada
mereka!” Stefanus mampu mengasihi orang yang membenci dan membunuhnya ! Kini refleksinya bagi kita sebagai pelayan
TUHAN : adakah kita mampu berkarya ditengah kesulitan ?!
[ Akid ]
Amin.
BalasHapus